Welcome

Awali Harimu Dengan Senyum!

Bukan karena semua baik, kita tersenyum,..... tapi karena kita tersenyum, maka semuanya menjadi baik.

Bukan karena hari ini indah, kita bahagia,..... tapi karena kita bahagia, hari ini menjadi indah.



Kamis, 03 November 2011

Menulis dengan Nilai-nilai Baik

Menulis dengan Nilai-nilai Baik

OPINI | 01 November 2011 | 09:58

Setelah memahami pengaruh sebuah tulisan yang begitu luas pada kekinian. Semestinya menyadarkan kita untuk menulis tulisan-tulisan yang mendatangkan manfaat. Baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Tuhan, hal baik apalagi yang harus aku tulis ya?
Tiga hari telah berlalu acara “Blogshop” yang diadakan Kompasiana di Jakarta Theatre XXI. Banyak pembelajaran yang dapat dipetik. Para peserta tidak sedikit yang sudah melaporkan dan menulis artikel yang berhubungan dengan blogshop. Dikupas tuntas dari berbagai sisi. Semuanya menarik dan apik.
Lalu mengapa saya baru sekarang menuliskannya? Biasalah, kalau jagoan pasti keluarnya belakangan ha ha ha …
Boleh dibilang. Untuk menghadiri acara blogshop ini. Saya harus berjuang dengan keras. Karena pagi-pagi sepeda motor yang saya kendarai bannya tertembus tiga lubang.
Akhirnya bisa datang juga bersama dengan Bung Rudi Mulia yang bersedia menjemput saya. Walau telat dan tidak kebagian acara minum kopi. Untung bawa sendiri.
Semua materi yang disampaikan menarik. Sebab dari pakarnya masing-masing. Ada Kang Pepih Nugraha, senior di Kompasiana. Bang Iskandar Zulkarnaen, Admin Kompasiana terkini. Lalu ada Uda Ahmad Fuadi, penulis novel laris “Negeri 5 Menara”.
Terus terang yang paling berkesan adalah apa yang disampaikan Uda Fuadi. Tak lain karena sealiran dan sepemikiran dengan saya dalam menulis.
Satu nilai yang tertarik untuk saya catat adalah bahwa menulis itu semestinya menimbulkan kesan yang baik. Ada nilai-nilai kebaikan yang kita tanamkan dalam setiap tulisan. Tidak sekadar menulis demi untuk mengejar popularitas dan jumlah pembaca.
Sebab bila tulisan yang kita hasilkan ada nilai kebajikannya. Walau hanya dibaca satu dua orang. Sudah lebih dari baik. Pasti ada kesan baik yang tertinggal.
Tetapi sebuah tulisan yang berisi pesan keburukan. Apalagi sudah diiringi niat buruk saat menulis. Banyak yang membaca, namun nilai keburukan yang tertanam di benak pembaca. Apakah kita layak bahagia?
Apalagi pada jaman kemajuan teknologi. Menulis di media internet. Penyebaran tulisan begitu cepatnya. Menjangkau ke seluruh pelosok bumi. Siapapun dapat mengaksesnya. Bahkan bisa secara kebetulan dibaca.
Setiap apa yang kita hasilkan. Pasti ada timbul baliknya. Baik kita sadari maupun tidak menyadarinya.
Tulisan yang ada nilai kebaikannya. Pasti akan berimbas kebaikan. Yang menanamkan nilai-nilai keburukan, maka keburukan yang akan diperoleh.
Bagi kita yang percaya. Adanya kehidupan setelah kematian. Kebaikan dan keburukan yang kita tanamkan _khususnya dalam tulisan_ pasti akan berbalas.
Tidak harus menunggu nanti. Tapi dalam kehidupan ini, sudah bisa kita rasakan. Walau mungkin kita tidak menyadarinya.
Saya menarik kesimpulan. Apa yang disampaikan oleh Uda Fuadi. Bahwa menulislah karena untuk berbagi sesuatu yang bermanfaat.
Mengalir dari dasar hati. Kalau ada yang baca, syukur. Banyak yang baca, laris manis. Lalu menghasilkan sesuatu yang lebih. Anggap saja sebagai bonus.
Dengan demikian. Mana boleh kita mengganggap remeh urusan menulis ini?! Tentu perlu dedikasi dan integritas dalam menulis.
Kalau begitu, semestinya saya juga berpikir ulang. Sebab selama ini masih menulis dengan seadanya dan sebisanya.
Salam Kompasiana  TIPS UMUM
(Oleh: K. R. / http://media.kompasiana.com/new-media/2011/11/01/masih-yang-tersisa-dari-blogshop-menulis-dengan-nilai-nilai-baik/)